Rilis Berita

Kasih Amal dari Balik Tabir: Kisah Donor Kornea Mata Pertama di Jawa Timur

Pada 6 Desember 2019 lalu, Gereja di Indonesia, khususnya Distrik Surabaya, kehilangan seorang saudara terkasih. Brother Iwan Santoso, seorang suami tercinta, ayah yang menjadi panutan bagi tiga putrinya dan seorang pemimpin sekolah minggu di distrik yang mengawasi tiga cabang di Jawa Timur ini telah dipanggil pulang ke hadirat Bapa Surgawi pada usia 60 tahun.

Mendiang tercatat sebagai pendonor kornea mata pertama di Jawa Timur.

 

Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir turut berbagi pesan duka cita sekaligus apresiasi atas teladan mendiang Brother Santoso yang mendapat dukungan keluarganya untuk tujuan mulia ini, sebagaimana yang ditulis oleh seorang teman lama Gereja, Prof. Dr. Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia periode 2011-2014 dan Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) periode 2009-2011.

          

Berikut kutipan catatan Prof. Dr. Dahlan Iskan tentang teladan kasih amal dari balik tabir kehidupan,

Baru seminggu sebelumnya Pak Iwan menerima kiriman sertifikat dari Bank Mata Indonesia Jakarta: “resmi pemegang kartu pendonor mata”.

Tidak terduga. Seminggu kemudian kartu itu membuatnya jadi orang pertama di Jatim yang donor mata.

Putrinyalah yang menghubungi Bank Mata Jakarta. Agar ayahnya itu bisa melaksanakan niatnya jadi pendonor mata …

Jam 02.00 dini hari dokter Dini baru tiba kembali di Surabaya. Dua kornea Pak Iwan langsung disimpan di tempat khusus di RS Mata Undaan Surabaya.

Sedang darah Pak Iwan dimasukkan ke lab. Untuk diperiksa apakah mengandung HIV atau hepatitis.

"Ayah saya sehat. Mestinya tidak mengidap penyakit-penyakit itu," ujar Jessika Juwitahatma Santoso, putri ketiga. "Bapak tidak punya riwayat hepatitis maupun gula darah," tambahnya …

Jenazah Pak Iwan kini diistirahatkan di rumah duka Gotong Royong Malang. Saya melayat ke situ …

Setelah menghormati dan berdoa, saya menengok wajah Pak Iwan di dalam peti matinya. Wajahnya teduh. Matanya terpejam sempurna.

Tidak terlihat sama sekali bekas operasi pengambilan kornea.

Pelayat pun tidak akan tahu kalau kornea mata Pak Iwan sudah tidak ada di tempatnya …

Pak Iwan memang aktivis gereja. Asal Jogjakarta. Marganya Lim. Beristri orang Jawa asal Malang.

"Ketemu pertama dengan Pak Iwan di mana?“ tanya saya pada istrinya.

"Kami sama-sama sekolah di Akademi Bahasa Asing Malang," ujar Ny. Iwan. "Beliau kakak kelas saya," tambahnya.

Gereja Pak Iwan ini agak jarang di Indonesia: Gereja Yesus Kristus Orang-orang Suci Zaman Akhir.

Orang mengenalnya dengan sebutan pendek: Gereja Mormon. Hanya ada satu di Malang. Dengan jemaat sekitar 150 orang.

"Kenapa hujan-hujan naik motor ke rumah jemaat?" tanya saya.

"Kami tidak punya mobil," ujar Ny. Iwan …

Gereja Mormon-lah yang membuat Pak Iwan menjadi pendonor mata. Waktu itu Pak Iwan ke Jakarta …

"Kami sekeluarga sudah mendaftar. Tapi baru tiga orang yang mendapat kartu donor," ujar Jessika.

Saya pun baru tahu dari dokter Dini. Bahwa satu kornea dari pendonor bisa diberikan pada lima orang buta. Tergantung kondisi yang buta …

"Sulit sekali mendapat donor mata di Indonesia," ujar dokter Dini.”

Kasih mendiang akan Injil Yesus Kristus tidak akan terlupakan dan akan selalu mengilhami anak-anak, istri serta teman-teman yang ditinggalkan, bahwa kita masih bisa berbagi kasih dari balik tabir kehidupan.

Tulisan lengkap Prof. Dr. Dahlan Iskan tentang teladan kasih amal mendiang Brother Santoso dan fakta seputar donor kornea mata di Jawa Timur dapat dilihat di tautan ini.

 

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.