Rilis Berita

Kunjungan studi Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) ke Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Jakarta

Pada 8 Oktober 2019, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menerima kunjungan dari 13 mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta yang didampingi oleh Pdt. Leonard B. Dalope, M.Si. dan Guru Besar bidang Sejarah Gereja di Indonesia, Pdt. Prof. Jan Sihar Aritonang, Ph.D.

 

Kunjungan yang berlangsung di gedung Gereja Yesus Kristus di Jalan Dr. Saharjo 317B Jakarta Selatan ini bertujuan untuk mempresentasikan dan memohon arahan pada makalah mengenai aliran Mormon yang diwakili oleh Philip T. Nainggolan, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Aliran-aliran Gereja. Jan Aritonang menjelaskan, “Kami mau belajar dari sumbernya langsung. Oleh karena itulah kami mengunjungi gereja ini.” Ia melanjutkan, “Intinya belajar langsung dari sumbernya, tidak belajar sendiri atau dari pihak ketiga. Tujuannya untuk memperkaya wawasan mahasiswa agar semakin terbuka dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.”

Kunjungan semacam ini telah beberapa kali dilakukan oleh mahasiswa STFT, yang dulunya bernama Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Direktur Dewan Urusan Kemasyarakatan Nasional Indonesia Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, Agus Kusumarmanto, mengapresiasi dan menyambut baik kunjungan studi ini. Ia bercerita bahwa mahasiswa dari STT Jakarta sudah beberapa kali mengunjungi Gereja Yesus Kristus untuk tujuan yang sama guna menghindari adanya kesalahpahaman tentang doktrin dan ajaran Gereja Yesus Kristus.

Didampingi oleh Handson Beresman Limbong selaku Penasihat Pasak Jakarta dan Johanes Christino Apriyanto selaku Asisten bidang Media Urusan Kemasyarakatan, Agus Kusumarmanto memberikan sejumlah klarifikasi, terutama pengakuan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, penyebutan nama resmi Gereja, dan tentang praktek poligami.

      

Ketika ditanya seusai diskusi, ia menjelaskan “Ya banyak yang mereka tanya, misalnya tentang Allah Tritunggal, pengakuan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pengakuan terhadap gereja lain atau agama lain tentang keselamatan, serta pekerjaan misi. Mereka juga tanya apakah gereja kita menyetujui poligami, ternyata tidak. Kita juga meluruskan bahwa penyebutan untuk nama gereja bukan gereja Mormon tetapi Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir,” terang Agus.

Ia melanjutkan, “Philip Nainggolan bercerita bahwa dirinya bertempat tinggal di dekat gedung Gereja Yesus Kristus, tetapi selama ini merasa takut mendengar nama dan melangkah masuk ke gereja ini karena dia pikir gereja ini sesat. Syukur, ia kini tidak merasa takut lagi setelah mengetahui dan mendengar penjelasan langsung mengenai gereja ini dari sumbernya.”

Philip pun mengucapkan terima kasih atas sambutan baik yang diterimanya dan berkata, “Saya senang banyak tanggapan yang diberikan kepada saya. Membuat saya lebih mengerti tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir,” tandasnya.

    

Jan Aritonang menekankan bahwa tidak ada lagi relevansinya mengatakan suatu gereja sesat. “Kristen itu terlalu luas dan majemuk. Tiap gereja harus mempunyai doktrin. Tiap gereja selain harus mempertahankan doktrinnya, tetap harus terbuka dan menghargai doktrin gereja lain,” tandasnya. Ia menekankan pentingnya persatuan gereja-gereja di Indonesia, seperti misi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), yang harus diimplementasikan dengan tindakan nyata dan bukan sekadar kata-kata.

Senada dengan pernyataan ini, Agus Kusumarmanto mengutip Penatua Orson F. Whitney yang mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan antara gereja-gereja di Indonesia yang dapat diwujudkan melalui kerja sama. Pekerjaan Tuhan sangatlah besar dan terlalu sulit untuk dikerjakan hanya oleh satu umat manapun. Kerja sama antar gereja tidak mengharuskan kompromi dalam ajaran. Perbedaan yang ada tidak harus menghilangkan mandat utama Kristus untuk “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, pungkasnya.

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.